Menuduh Perempuan Terhormat Berbuat Zina

Menuduh zina yang dimaksud adalah memfitnah seorang perempuan yang menjaga kehormatannya melakukan zina tanpa ada buktinya. Orang yang melakukan dosa tersebut akan mendapat ganjaran di dunia maupun di akhirat, seperti yang dijelaskan dalam surat An-Nur ayat 4 berikut:

وَالَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ الْمُحْصَنٰتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوْا بِاَرْبَعَةِ شُهَدَاۤءَ فَاجْلِدُوْهُمْ ثَمٰنِيْنَ جَلْدَةً وَّلَا تَقْبَلُوْا لَهُمْ شَهَادَةً اَبَدًاۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ ۙ

Artinya: "Dan bagi orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan baik berzina tanpa mendatangkan empat orang saksi, maka hukumannya adalah delapan puluh kali dera, dan kesaksian mereka tidak boleh diterima selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik."

Memakan Harta Anak Yatim

Islam mengajarkan untuk senantiasa mengasihi dan melindungi anak yatim. Bahkan, Allah menjelaskan bahwa bersedekah kepada anak yatim adalah sebuah keutamaan.

Oleh karenanya, bagi siapa saja yang berani memakan harta anak yatim, mereka termasuk golongan orang-orang dzalim dan akan menerima hukuman di neraka. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 10:

اِنَّ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ الْيَتٰمٰى ظُلْمًا اِنَّمَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ نَارًا ۗ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيْرًا ࣖ

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang menzalimi dengan memakan harta anak yatim, mereka seolah-olah menelan api dalam perutnya, dan kelak mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)."

Dosa-Dosa Besar yang Tidak Diampuni Allah SWT

Merangkum buku Dosa-Dosa Besar karya Imam Adz-Dzhabi, berikut tujuh dosa yang tidak diampuni oleh Allah SWT:

Dosa besar pertama yang tidak diampuni Allah adalah syirik atau menyekutukan Allah. Syirik adalah perbuatan yang menyekutukan atau menyembah selain Allah seperti menyembah patung, batu, matahari, bulan, atau yang lainnya.

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 116 mengenai syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا ١١٦

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa yang mempersekutukan-Nya, namun Dia akan mengampuni dosa selain perbuatan syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya."

Dosa besar yang tidak diampuni selanjutnya adalah sihir. Dalam mengajarkan sihir kepada manusia, setan tidak memiliki maksud kecuali agar manusia menjadi musyrik.

Betapa banyaknya manusia yang tersesat saat mempelajari ilmu sihir dan menyangka bahwa hukum sihir hanya haram. Mereka tidak menyangka bahwa hukum sebenarnya adalah kufur.

Dalam Al-Qur'an ditemukan ayat-ayat yang membicarakan tentang sihir, seperti pada surah Al-Baqarah ayat 102 berikut:

وَاتَّبَعُوۡا مَا تَتۡلُوا الشَّيٰطِيۡنُ عَلٰى مُلۡكِ سُلَيۡمٰنَۚ وَمَا کَفَرَ سُلَيۡمٰنُ وَلٰـكِنَّ الشَّيٰـطِيۡنَ كَفَرُوۡا يُعَلِّمُوۡنَ النَّاسَ السِّحۡرَ وَمَآ اُنۡزِلَ عَلَى الۡمَلَـکَيۡنِ بِبَابِلَ هَارُوۡتَ وَمَارُوۡتَؕ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنۡ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوۡلَاۤ اِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَةٌ فَلَا تَكۡفُرۡؕ فَيَتَعَلَّمُوۡنَ مِنۡهُمَا مَا يُفَرِّقُوۡنَ بِهٖ بَيۡنَ الۡمَرۡءِ وَ زَوۡجِهٖؕ وَمَا هُمۡ بِضَآرِّيۡنَ بِهٖ مِنۡ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰهِؕ وَيَتَعَلَّمُوۡنَ مَا يَضُرُّهُمۡ وَلَا يَنۡفَعُهُمۡؕ وَلَقَدۡ عَلِمُوۡا لَمَنِ اشۡتَرٰٮهُ مَا لَهٗ فِى الۡاٰخِرَةِ مِنۡ خَلَاقٍؕ وَلَبِئۡسَ مَا شَرَوۡا بِهٖۤ اَنۡفُسَهُمۡؕ لَوۡ کَانُوۡا يَعۡلَمُوۡنَ

Artinya: "Mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa pemerintahan Sulaiman. Sulaiman tidaklah kafir, tetapi setan-setan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang tanpa mengatakan, 'Kami hanyalah cobaan bagimu, oleh karena itu janganlah kafir.' Mereka mempelajari dari keduanya apa yang dapat memisahkan seorang suami dari istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihir kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang merugikan dan tidak memberikan manfaat kepada mereka. Sesungguhnya, mereka sudah mengetahui bahwa barangsiapa yang memperoleh (menggunakan sihir) itu, tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, perbuatan mereka yang menjual diri mereka dengan sihir sangat buruk, jika mereka mengetahui."

Membunuh adalah menghilangkan nyawa seseorang dengan sengaja karena alasan dendam, iri hati, fitnah atau karena yang lain tidaklah dibenarkan dalam Islam. Barang siapa yang melakukannya maka Allah akan menghukum dengan menjebloskan mereka ke neraka jahanam.

Hal ini sebagaiman tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 32. Allah berfirman:

مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفْسًۢا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى ٱلْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحْيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

Artinya:"Oleh karena itu, Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa siapa pun yang membunuh seorang manusia tanpa alasan yang sah, atau tanpa menyelesaikan perkara pembunuhan atau tanpa membuat kerusakan di muka bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh seluruh umat manusia. Dan siapa pun yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan seluruh umat manusia. Sesungguhnya, Rasul-rasul Kami telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, namun banyak di antara mereka setelah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi."

Dosa besar yang tidak diampuni berikutnya adalah memakan riba. Riba adalah pemberian nilai tambahan pada pinjaman sebagai imbalan.

Orang yang memakan riba artinya memakan uang haram. Islam mengharamkan riba sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 130 berikut:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوا الرِّبٰوٓا اَضْعَافًا مُّضٰعَفَةً ۖوَّاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَۚ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu makan riba dengan cara menggandakan, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat keberkahan.

Alasan Mengapa Harus Beriman kepada Malaikat

Mengutip buku Rukun Iman karya Hudarrohman, iman kepada malaikat artinya percaya terhadap adanya malaikat-malaikat Allah. Allah SWT mewajibkan manusia untuk beriman kepada malaikat meskipun tidak pernah melihatnya.

Alasan mengapa kita harus mengimani malaikat Allah SWT adalah karena beriman kepada malaikat merupakan rukun iman yang kedua dalam ajaran Islam. Malaikat memiliki sifat yang selalu patuh kepada Allah dan selalu bertasbih. Mereka juga tidak memiliki nafsu dan tidak pernah berbuat dosa.

Menurut buku Mengenal Malaikat-Malaikat Allah karya Nurul Ihsan, jika seseorang tidak mempercayai adanya malaikat Allah SWT, maka orang tersebut tidak dikatakan sebagai orang yang beriman atau mukmin.

Rukun iman sendiri berjumlah enam perkara dan semuanya merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Rasulullah SAW bersabda,

"Berimanlah kepada Allah, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, kepada rasul, kepada hari kemudian, dan kepada takdir, yang baik dan yang buruk." (HR Muslim)

Nurul Ihsan menjelaskan lebih lanjut, ada tiga hal yang wajib kita imani tentang malaikat. Di antaranya kita harus mengimani keberadaan dan sifat para malaikat, mengimani malaikat yang sepuluh dan malaikat lainnya yang tidak termasuk dalam kelompok sepuluh, dan mengimani tugas-tugas para malaikat.

Dijelaskan dalam buku Rangkuman Ilmu Pendidikan Agama Islam oleh Tri Astuti, meskipun malaikat adalah makhluk yang tidak pernah melakukan maksiat, malaikat adalah makhluk yang paling takut pada azab Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits yang berbunyi,

"Apabila Allah menentukan suatu keputusan di langit, maka semua malaikat sama-sama memukulkan sayapnya karena tunduk kepada firman Allah SWT, sehingga seperti bunyi-bunyian yang sangat nyaring. Sehingga apabila telah mereda rasa takut dalam hati mereka, maka mereka saling berbisik satu sama lain, 'Apakah yang diucapkan oleh Allah?' Maka jawab yang lain, 'Kebenaran, Dia adalah Maha Luhur lagi Maha besar."

Ada 10 nama malaikat yang wajib kita imani. Di antaranya Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Munkar, Nakir, Raqib, Atid, Malik, dan Ridwan. Setiap malaikat mengemban tugasnya masing-masing, mulai dari menyampaikan wahyu, mengatur rezeki, hingga menanyai manusia di alam kubur.

RHEMA HARI INI Ibrani 11:6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.

Hari itu, setelah pulang sekolah menggunakan kendaraan umum, Dina duduk bersebelahan dengan seorang yang berbeda keyakinan. Pada awalnya, keduanya hanya saling diam, namun tiba-tiba saja, pria yang duduk di sebelah Dina memulai percakapan. Dalam perbincangan mereka, mereka sampai pada suatu pertanyaan mengejutkan, “Orang Kristen itu Tuhannya tiga, ya, Mbak?” Pertanyaan tersebut membuat Dina terkejut. Dina yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA itu cukup kebingungan untuk menjelaskan tentang Allah Tritunggal.

Berbekal pelajaran agama di sekolah, Firman Tuhan yang ia dengar dan baca, Dina berusaha menjelaskan pada Bapak tersebut. Perdebatan pun terjadi, karena si Bapak masih menganggap bahwa Tuhannya orang Kristen ada 3. Dina tetap berusaha meyakinkan bahwa Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus itu adalah pribadi yang sama, artinya Tuhan hanya ada satu dengan 3 Pribadi yang berbeda. Bapak itu pun terus meminta Dina untuk membuktikan bahwa Allah hanya ada satu saja.

Ya, ketritunggalan Allah memang harus diterima dengan iman percaya. Sebaik apapun kita berusaha menjelaskan kepada orang yang tidak percaya, maka penjelasan kita itu tidak akan memberi dampak yang berarti. Itu sebabnya konsep Tritunggal Allah harus kita terima dengan iman percaya. Ketika hati kita mau terbuka dan percaya, maka Roh Kudus akan terus memperjelas ketritunggalan Allah kepada kita. Seiring dengan berjalannya waktu, kita akan semakin mengenal Tuhan dengan lebih dalam dan kita akan memperoleh berkat yang semakin berlipatganda melalui pengenalan kita itu. (LEW)

RENUNGAN: Kalau kita mau MENGALAMI Allah Bapa, Allah anak, dan Allah Roh Kudus, maka kuncinya adalah PERCAYA.

APLIKASI 1. Apakah Anda percaya bahwa kita memiliki Allah Tritunggal? Jika belum, mengapa? 2. Menurut Anda, mengapa Allah harus memiliki ketritunggalan dalam hidup kita? 3. Komitmen apa yang akan Anda ambil supaya Anda bisa mengalami Pribadi Tritunggal Allah?

DOA UNTUK HARI INI Tuhan, kami bersyukur karena ketritunggalan-MU membuat kami dapat mengalami kehidupan yang senantiasa sejalur dengan rencana-MU. Kami mau membuka hati kami untuk terus mengenal-MU lebih dan lebih dalam lagi. Kami percaya anugerah-MU akan terus bertambah dalam hidup kami. Terimakasih Tuhan. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin

BACAAN ALKITAB SETAHUN Mazmur 57-59; Roma 4

Setiap individu cenderung untuk melakukan tindakan baik atau tindakan yang kurang baik. Bila melakukan perbuatan baik maka Allah akan merahmati hidupnya, sedangkan bagi yang melakukan perbuatan buruk akan menerima azab dan siksaan di akhirat.

Adapun perbuatan buruk yang dilakukan umat muslim disebut maksiat atau dosa. Perbuatan dosa yang dilakukan seseorang terbagi menjadi dua jenis, yaitu perbuatan dosa besar dan dosa kecil.

Allah SWT memang Maha Penyayang dan Maha Pengampun, namun ada beberapa dosa besar yang tidak diampuni jika dilakukan. Penjelasan mengenai hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 31:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

تَجْتَنِبُوا۟ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا

Artinya: Jika kamu menjauhi perbuatan dosa yang termasuk dosa-dosa besar yang dilarang, pasti Kami akan mengampuni dosa-dosamu yang lebih kecil dan memasukkan kamu ke dalam tempat yang mulia, yaitu surga.

Berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari, ada tujuh dosa besar yang harus dihindari umat muslim. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: "Jauhilah tujuh dosa yang merusak! Para sahabat bertanya, "Rasulullah, apa saja dosa-dosa tersebut?" Beliau menjawab, "syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari perang, dan menuduh zina terhadap wanita-wanita yang menjaga kehormatan." (HR. Bukhari).

Berdasarkan hadis tersebut, berikut penjabaran lengkapnya untuk memahami lebih jelas dosa-dosa besar yang tidak diampuni meskipun telah bertaubat.

Mengenal Malaikat-Malaikat Allah ; Tentara Allah yang Patuh & Setia

Rukun iman terdiri dari enam perkara dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, kepada rasul, kepada hari kemudian, dan kepada takdir, yang baik dan yang buruk, merupakan satu kesatuan utuh. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.

"Berimanlah kepada Allah, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, kepada rasul, kepada hari kemudian, dan kepada takdir, yang baik dan yang buruk." (HR. Muslim)

Ihsan menjelaskan tentang tiga hal mengapa kita harus mengimani malaikat Allah subhanahu wa taala. Diantaranya:

Pertama menurut Ihsan, keberadaan dan sifat para malaikat harus dipercayai.

Allah SWT dalam Al-Quran menyebutkan bahwa malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhan tidaklah merasa enggan menyembah-Nya, mentasbihkan-Nya, dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-A'raf ayat 206.

Dalam buku berjudul Rangkuman Ilmu Pendidikan Agama Islam oleh Tri Astuti, dijelaskan bahwa meskipun malaikat adalah makhluk yang tidak pernah melakukan maksiat, mereka adalah makhluk yang paling takut pada azab Allah SWT.

Ketika Allah SWT menentukan suatu keputusan di langit, semua malaikat sama-sama memukulkan sayapnya karena tunduk kepada firman Allah SWT. Setelah rasa takut dalam hati mereka mereda, mereka saling berbisik satu sama lain tentang apa yang diucapkan oleh Allah SWT, dan menjawab bahwa kebenaran adalah Maha Luhur lagi Maha besar.

TIGA PELAYAN ALLAH YANG GAGAH PERKASA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung – Jumat, 29 September 2018)

Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab.

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah. (Dan 7:9-10,13-14)

Bacaan Pertama alternatif: Why 12:7-12;  Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:47-51

Hari ini Gereja merayakan Pesta Santo Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung, para pelayan Allah gagah-perkasa, yang memainkan peranan penting dalam rencana-penyelamatan-Nya. Saudari-saudara Kristiani yang bukan Katolik tentu hanya mengenal dua nama saja. Nama Rafael muncul dalam Kitab Tobit yang tidak ada dalam Alkitab mereka. Menurut tradisi Yahudi ada tujuh Malaikat Agung, yaitu Uriel, Rafael, Raguel, Mikael, Sariel, Gabriel dan Remiel (kalau ada waktu, silahkan membaca tentang hal itu di Encyclopaedia Britannica). Rafael memperkenalkan dirinya kepada Tobit dengan berkata: Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaikat di hadapan Tuhan yang mulia” (Tob 12:15).

Dalam zaman modern di mana kita manusia cenderung untuk mempertimbangkan hampir segalanya (kalau tidak mau dikatakan ‘segala-galanya’) dari  suatu perspektif duniawi, maka pesta seperti ini mengingatkan kita akan keberadaan malaikat dan/atau berbagai makhluk surgawi yang disebut “singgasana, kerajaan, pemerintah dan penguasa” (lihat Kol 1:16), juga tentang “roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang akan mewarisi keselamatan” (Ibr 1:14).

Sampai berapa seringkah kita berpikir tentang para malaikat, yang dikatakan oleh sejumlah orang kudus mempunyai tingkatan-tingkatan itu? Mungkin karena pengaruh film-film horor, rasanya lebih mudahlah untuk menerima realitas Iblis dan roh-roh jahatnya (sesungguhnya adalah para mantan malaikat yang  berontak) daripada makhluk-makhluk surgawi ini yang setia kepada Allah. Akan tetapi, sementara kita merayakan pesta para malaikat agung pada hari ini, baiklah kita mempertimbangkan peranan yang mereka mainkan seperti yang dikemukakan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK): “Bahwa ada makhluk rohani tanpa badan, yang oleh Kitab Suci biasanya dinamakan ‘malaikat’, adalah suatu kebenaran iman. …… Sampai Kristus datang kembali, pertolongan para malaikat yang penuh rahasia dan kuasa itu sangat berguna bagi seluruh kehidupan Gereja” (KGK 328, 334).

Malaikat adalah pelayan dan pesuruh Allah, yang selalu memandang wajah Bapa di surga (Mat 18:10), sehingga sang pemazmur menulis: “Pujilah TUHAN (YHWH), hai malaikat-malaikat-Nya, hai pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengarkan suara firman-Nya” (Mzm 103:20; lihat KGK 329). Sebagai makhluk rohani murni mereka mempunyai akal budi dan kehendak mereka adalah wujud pribadi dan tidak dapat mati. Mereka melampaui segala makhluk yang kelihatan dalam kesempurnaan (KGK 330). Karena para malaikat dipanggil untuk membantu memajukan kerajaan Allah, maka tidak salah kalau kita berkesimpulan bahwa mereka mempunyai peranan juga dalam kehidupan umat Allah – anda dan saya.

Pada kenyataannya, apakah kita menyadarinya atau tidak, kehidupan kita dikelilingi oleh para malaikat, apakah melalui bisikan nurani kita atau saat-saat berkat yang tidak kita sangka-sangka dan harap-harap atau perlindungan. “Sejak masa anak-anak sampai pada kematiannya malaikat-malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan dan doa permohonan (doa syafaat)” (KGK 336).

Apabila kita mempertimbangkan bagaimana para malaikat memandang wajah Allah (lihat Mat 18:10), maka kita; akan melihat doa kita dari terang yang berbeda. Bayangkanlah, setiap kali and berdoa dan sujud menyembah Allah, para malaikat ada di sana, berdoa bersama anda. Sebagaimana para gembala melihat sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah berkaitan dengan kelahiran Yesus Kristus (Luk 2:8-14), kita pun bergabung menyanyikan lagu penyembahan bersama mereka setiap kali kita merayakan Ekaristi Kudus (KGK 335). Banyak sekali malaikat menggabungkan diri dengan suara kita dalam paduan suara surgawi setiap kali kita dalam Misa kita bernyanyi: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa. Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. Terpujilah Engkau di surga. Terberkatilah yang datang atas nama Tuhan. Terpujilah Engkau di surga!” (lihat Yes 6:3; bdk. Why 4:8).

Para malaikat dapat menjadi mata rantai yang menghubungkan kita dengan surga, maka pandanglah ke atas! Doa-doa anda mempunyai nilai yang besar. Anda dapat menggabungkan diri dengan sejumlah besar malaikat yang sujud menyembah Allah, apakah dalam Misa Kudus atau pada saat anda berdoa secara pribadi, dan doa anda itu dapat membawa “hujan berkat” dari Allah ke atas bumi.

DOA: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah semesta alam. Dengan penuh ketakjuban dan hormat, kami semua sujud menyembah Engkau dalam kemuliaan-Mu. Perkenankanlah suara kami bergabung dengan paduan suara surgawi para malaikat dalam memuji-muji kemuliaan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 1:47-51), bacalah tulisan yang berjudul “MIKAEL, GABRIEL DAN RAFAEL” (bacaan tanggal 29-9-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2018.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-9-17 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 26 September 2018 [Peringatan S. Elzear & Delfina, OFS]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

Apa yang Membuat Allah Tersenyum?

Tuhan kiranya tersenyum kepadamu…   Bilangan 6:25 (NTL)

Tersenyumlah padaku, hamba-Mu; ajarilah aku cara yang benar untuk hidup.  Mazmur 119:135 (MSG)

Senyum Allah adalah tujuan hidup Anda. Karena menyenangkan Allah adalah tujuan pertama hidup Anda, maka, tugas terpenting Anda ialah menemukan bagaimana melakukannya. Alkitab, berkata, “ Berusahalah mengenal apa yang menyenangkan hati Kristus, lalu lakukanlah itu.” Untunglah, Alkitab memberi kita satu teladan yang jelas tentang suatu kehidupan yang memberikan kesenangan bagi Allah. Nama orang itu adalah Nuh.

Pada zaman Nuh, seluruh dunia telah rusak secara moral. Semua orang hidup untuk menyenangkan diri mereka sendiri, bukan berusaha untuk menyenangkan Allah. Allah tidak dapat menemukan seorangpun di bumi yang tertarik untuk menyenangkan Dia, sehingga Allah berduka cita dan menyesal telah menciptakan manusia. Allah begitu jijik terhadap umat manusia sehingga Dia berencana untuk memusnahkan manusia. Tetapi ada seseorang yang membuat Allah tersenyum. Alkitab berkata, “Tetapi Nuh sangat menyenangkan hati Tuhan.”

Allah berkata, “Orang ini mendatangkan kesenangan bagi-Ku. Dia membuat-Ku tersenyum.” Aku akan memulai lagi dengan keluarganya.” Karena Nuh mendatangkan kesenangan bagi Allah, Anda dan saya dapat hidup saat ini. Dari kehidupannya kita mengetahui lima tindakan penyembahan yang membuat Allah tersenyum.

Allah tersenyum bila kita mengasihi Dia di atas segalanya. Nuh mengasihi Allah lebih dari segala yang ada di dunia, bahkan ketika tidak seorangpun mengasihi Allah! Alkitab mengatakan kepada kita bahwa sepanjang hidupnya, “Nuh senantiasa mengikuti kehendak Allah dan hidup dalam hubungannya yang erat dengan Dia.”

Inilah yang paling Allah inginkan dari Anda:suatu hubungan! Inilah kebenaran yang paling mengejutkan di alam semesta, bahwa Pencipta kita ingin bersekutu dengan kita. Allah menciptkan Anda untuk mengasihi Anda, dan Dia rindu agar Anda balas mengasihi Dia. Dia berfirman, “Aku tidak mengingini kurban-kurbanmu; Aku mengasihi kasihmu. Aku mengingini kasihmu. Aku tidak mengingini persembahan-persembahanmu; yang Kuingini ialah agar kamu mengenal Aku.”

Bisakah Anda merasakan kasih Allah bagi Anda di dalam ayat ini? Allah benar-benar mengasihi Anda dan sebaliknya Ia ingin agar Anda mengasihi Dia. Dia rindu agar Anda mengenal Dia dan menghabiskan waktu bersama-Nya. Inilah sebabnya belajar untuk mengasihi dan dikasihi oleh Allah seharusnya menjadi tujuan terbesar dalam hidup Anda. Tidak ada hal lain yang bisa menandingi pentingnya hal tersebut. Yesus menyebutnya hukum yang terutama. Dia berkata, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hokum yang teutama dan yang pertama.”

Allah tersenyum ketika kita mempercayai Dia sepenuhnya. Alasan kedua Nuh menyenangkan Allah adalah karena Dia mempercayai Allah, bahkan ketika hal tersebut tidak masuk akal. Alkitab berkata, “Karena iman, Nuh membangun bahtera di tengah-tengah tanah kering. Ia diperingatkan tentang sesuatu yang tidak kelihatan, lalu ia bertindak sesuai dengan apa yang disuruhkan kepadanya… sebagi hasilnya, Nuh menjadi akrab dengan Allah.”

Bayangkan situasi ini: Suatu hari Allah mendatangani Nuh dan berkata, “Aku kecewa dengan umat manusia. Di seluruh dunia, tidak seorang pun kecuali engkau seorang yang memikirkan-Ku. Tetapi ketika Aku melihatmu, Aku mulai tersenyum. Aku senang dengan hidupmu, jadi Aku akan meliputi dunia dengan air bah dan memulai kembali dengan keluargamu. Aku ingin engkau membangun sebuah perahu raksasa yang akan menyelamatkanmu beserta binatang-binatang.”

Ada tiga masalah yang bisa menyebabkan Nuh bimbang. Pertama, Nuh tidak pernah melihat hujan, karena sebelum air bah, Allah mengairi bumi dari dasar bumi. Kedua, Nuh hidup ratusan mil dari samudera terdekat. Meskipun dia bisa belajar membangun bahtera, bagaimana dia bisa membawanya ke air? Ketiga, ada masalah dalam mengumpulkan seluruh binatang dan kemudian memeliharanya. Tetapi Nuh tidak mengeluh dan membuat alasan. Dia mempercayai Allah sepenuhnya, dan hal tersebut membuat Allah tersenyum. Mempercayai Allah sepenuhnya berarti memiliki iman bahwa Dia tahu apa yang terbaik bagi kehidupan Anda. Ia berharap agar dapat memelihara janji-janji-Nya, membantu Anda dengan masalah-masalah, dan melakukan hal yang mustahil bila perlu. Alkitab berkata, “TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya.”

Nuh memerlukan 120 tahun untuk membangun bahtera tersebut. Saya membayangkan bahwa dia menghadapi banyak hari yang melelahkan. Tanpa adanya tanda hujan tahun demi tahun, dengan kasar dia di kritik sebagai “seorang yang gila yang berpikir bahwa Allah berbicara kepadanya.”  Saya membayangkan anak-anak Nuh sering kali malu dengan perahu raksasa yang sedang dibangun di halaman depan. Namun, Nuh tetap mempercayai Allah. Dalam bidang kehidupan Anda, bidang apakah yang memerlukan kepercayaan kepada Alah sepenuhnya? Percaya adalah tindakan penyembahan. Sama seperti orang tua disenangkan ketika anak-anak mempercayai kasih dan nikmat mereka, iman Anda membuat Allah senang. Alkitab berkata, “Tanpa beriman, tidak seorangpun dapat menyenangkan hati Allah.”

Allah tersenyum ketika kita menaati Dia dengan sepenuh hati. Menyelamatkan populasi binatang dari air bah melanda seluruh dunia membutuhkan perhatian besar dan terperinci terhadap logistic. Segala sesuatu harus di kerjakan sama seperti yang Allah tentukan. Allah tidak berkata, “Bangunlah sebuah perahu tua yang kauinginkan, Nuh.” Dia memberi petunjuk yang sangat rinci dalam hal ukuran, bentuk, bahan bahtera itu serta jumlah yang berbeda dari binatang-binatang yang akan dibawa dalam bahtera. Alkitab memberi tahu kita tentang tanggapan Nuh: “Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.”

Perhatikan bahwa Nuh taat sepenuhnya (tidak ada petunjuk yang diabaikan), dan dia menaati dengan tepat (dalam cara dan waktu yang Allah inginkan dalam penyelesaian bahtera itu). Inilah artinya sepenuh hati. Tidak diragukan lagi Allah tersenyum kepada Nuh.

Andaikata Allah meminta Anda untuk membangun sebuah perahu besar, tidakkah Anda berpikir bahwa Anda mungkin memiliki beberapa pertanyaan, keberatan, atau keengganan? Nuh tidak. Dia menaati Allah dengan segenap hati. Itu berarti mengerjakan apapun yang Allah minta tanpa keengganan atau keraguan, tidak menunda dan berkata, “Saya akan mendoakannya.” Melainkan melakukannya tanpa penundaan. Setiap orang tua tahu bahwa ketaatan yang ditunda sebetulnya merupakan ketidaktaatan.

Allah tidak memerlukan penjelasan atau alasan untuk segala sesuatu yang Dia minta untuk Anda lakukan. Pemahaman bisa menanti, tetapi ketaatan tidak bisa. Ketaatan yang segera akan mengajar Anda lebih banyak tentang Allah daripada diskusi Alkitab seumur hidup. Sebetulnya, Anda tidak akan pernah memahami beberapa perintah sebelum Anda mentaatinya lebih dulu. Ketaatan membuka pemahaman. Sering kali kita berupaya untuk memberi Allah ketaatan sebagian kita ingin memilih perintah-perintah yang kita taati. Kita memiliku daftar perintah yang kita sukai dan mentaati perintah-perintah tersebut sementara mengabaikan perintah-perintah yang kita anggap tidak masuk akal, sulit, mahal atau tidak umum. Saya akan menghadiri gereja, tetapi saya tidak akan memberi persepuluhan. Saya akan membaca Alkitab, tetapi tidak akan memaafkan orang yang menyakiti saya. Tetapi ketaatan sebagian berarti ketidaktaatan. Ketaatan sepenuh hati dilakukan dengan penuh suka cita, dengan antusias. Alkitab berkata, “Taatilah Dia dengan senang hati.” Inilah sikap Daud : “TUHAN, katakana sajalah apa yang harus dilakukan dan aku akan melakukannya sepanjang hidup aku akan mentaati ketetapan-Mu dengan sepenuh hatiku.” Yakobus berbicara kepada orang-orang Kristen, berkata, “Jelaslah sekarang, bahwa orang yang diterima baik oleh Allah karena apa yang dilakukan oleh orang itu, dan bukan hanya karena imannya saja.” Firman Allah menjelaskan bahwa Anda tidak dapat mengusahakan keselamatan Anda. Keselamatan datang hanya oleh kasih karunia, bukan usaha Anda. Tetapi sebagai anak Allah Anda bisa mendatangkan kesenangan pada Bapa Surgawi melalui ketaatan. Setiap tindakan ketaatan merupakan juga tindakan penyembahan. Mengapa ketaatan begitu menyenangkan hati Allah? Karena itu membuktikan bahwa Anda benar-benar mengasihi Dia. Yesus berkata,”Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahku.”

Allah tersenyum bila kita terus menerus memuji dan bersyukur kepada-Nya. Hampir tidak ada hal yang rasanya lebih baik daripada menerima pujian yang tulus dan penghargaan dari orang lain. Allah juga menyukai pujian. Dia tersenyum ketika kita mengekspresikan kekaguman dan ucapan syukur kita kepada-Nya.

Kehidupan Nuh membawa kesenangan bagi Allah karena dia hidup dengan hati yang penuh pujian dan ucapan syukur. Tidakan pertama Nuh setelah selamat dari air bah adalah menyatakan syukurnya kepada Allah dengan mempersembahkan kurban. Alkitab berkata, “Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN…lalu ia mempersembahkan kurban bakaran di atas mezbah itu.”

Karena pengorbanan Yesus, kita tidak memberikan kurban binatang seperti yang dilakukan Nuh. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk memberikan kepada Allah “kurban pujian-pujian”(FAYH) “kurban syukur”. Kita memuji Allah karena keberadaan-Nya, dan kita mengucap syukur atas apa yang telah Dia kerjakan. Daud berkata, “Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; pada pemandangan Allah itu lebih baik.”

Suatu hal mengagumkan terjadi ketika kita memberikan pujian dan ucapan syukur kepada Allah. Ketika kita memberi Allah kesukaan, hati kita sendiri dipenuhi dengan sukacita! Ibu saya senang memasak untuk saya. Bahkan setelah saya menikahi Kay, ketika kami mengunjungi orang tua kami, Ibu mempersiapkan hidangan buatan sendiri yang luar biasa. Salah satu kesenangan terbesar dalam hidupnya ialah melihat kami anak-anaknya makan dan menikmati apa yang telah Ibu sediakan. Semakin kami senang memakannya, semakin senang hati Ibu.

Tetapi kami juga suka menyenangkan Ibu dengan menyatakan kesukaan kami akan masakannya. Hal tersebut bermanfaat dalam dua segi. Ketika saya menyantap hidangan yang luar biasa tersebut, saya akan menyanjung dan memujinya. Saya bukan hanya bermaksud menikmati makanan tersebut tetapi juga menyenangkan Ibu saya. Semua orang bahagia.

Penyembahan juga bermanfaat dalam dua segi. Kita menikmati apa yang telah Allah lakukan bagi kita, dan ketika kita mengekspresikan kenikmatan tersebut kepada Allah, hal ini mendatangkan sukacita bagi-Nya, tetapi juga meningkatkan suka cita kita. Kitab Mazmur berkata, “Tetapi orang-orang benar, mereka beria-ria dihadapan Allah, bergembira dan bersuka cita.”

Allah tersenyum bila kita menggunakan kemampuan kita. Setelah air bah, Allah memberi Nuh tiga petunjuk sederhana: “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi… Segala yang bergerak, yang hidup akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.” Allah berkata, “Tiba saatnya untuk melanjutkan hidupmu . kerjakan hal-hal yang telah kurancang untuk umat manusia. Bercintalah dengan pasanganmu. Milikilah anak-anak. Bentuklah keluarga-keluarga. Tanamlah bahan pangan dan makanlah. Jadilah manusia! Untuk inilah aku menjadikanmu!” Anda mungkin merasa bahwa satu-satunya saat menyenangkan Allah adalah ketika Anda sedang melakukan aktivitas-aktivitas “rohani”, seperti membaca Alkitab, menghadiri ibadah, berdoa atau membagikan pengalaman iman. Dan Anda mungkin berpikir bahwa Allah tidak peduli dengan bagian-bagian lain dalam hidup Anda. Sebetulnya, Allah senang mengamati setiap rincian kehidupan Anda, entah Anda sedang bekerja, bermain, beristirahat, atau makan. Dia tidak melewatkan setiap gerakan yang Anda buat. Alkitab memberi tahu kita, “Langkah-langkah orang benar dipimpin oleh Tuhan. Dia senang atas setiap rincian hidup kita.”

Setiap kegiatan manusia, kecuali dosa, bisa dilakukan bagi kesenangan Allah jika Anda melakukannya dengan sikap memuji. Anda bisa mencuci piring, memperbaiki mesin, menjual barang, membuat program computer, menanam bahan pangan, dan membangun keluarga bagi kemuliaan Allah. Layaknya orang tua yang bangga, Allah terutama senang mengamati Anda menggunakan talenta dan kemampuan-kemampuan yang telah Dia berikan kepada Anda. Allah dengan sengaja memberi kita karunia yang berbeda-beda demi kesenangan-Nya. Dia telah menjadikan beberapa orang yang bersifat atletis dan yang lain bersifat analitis. Anda mungkin diberi karunia dalam mekanik atau matematika atau music atau ribuan keterampilan lainnya. Semua kemampuan ini bisa mendatangkan senyuman pada wajah Allah. Alkitab berkata, “Dia yang telah membentuk hati mereka sekalian, sekarang Dia memperhatikan segala pekerjaan mereka.”

Anda tidak mendatangkan kemuliaan atau kesenangan bagi Allah dengan meyembunyikan kemampuan-kemampuan Anda atau dengan berusaha menjadi orang lain. Anda hanya mendatangkan kegembiraan bagi-Nya dengan cara menjadi diri sendiri. Setiap kali Anda menolak bagian manapun dari diri Anda, Anda sedang menolak hikmat dan kedaulatan Allah ketika menciptakan Anda. Allah berfirman, “Kamu tidak berhak berbantah dengan Penciptamu. Kamu tidak lain dari tanah liat periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: Mengapa kau buat aku seperti ini?”

Dalam film Chariots of Fire, pelari Olimpiade Eric Liddell berkata, “Aku yakin Allah menciptakan aku untuk suatu tujuan, tetapi Dia juga membuatku cepat, dan ketika aku berlari, aku merasakan kesenangan Allah.”Kemudian dia berkata, “Berhenti berlari akan berarti menggangap rendah Allah.” Tidak ada kemampuan yang tidak rohani, yang ada hanyalah kemampuan-kemampuan yang disalah gunakan. Mulailah gunakan kemapuan-kemampuan Anda bagi kesenangan Allah. Allah juga mendapatkan kesenangan waktu melihat Anda menikmati ciptaan-Nya. Dia memberi Anda mata untuk melihat keindahan, telinga untuk menikmati bunyi, hidung dan lidah untuk menikmati bau dan rasa, dan syaraf-syaraf dibawah kulit Anda untuk menikmati sentuhan. Setiap tindakan kenikmatan menjadi suatu tindakan penyembahan ketika Anda bersyukur kepada Allah untuk itu. Sebenarnya Alkitab berkata, “Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.”

Allah bahkan senang melihat Anda terlelap! Ketika anak-anak saya masih kecil, saya ingat ada kepuasan yang dalam ketika mengamati mereka tidur. Kadang-kadang hari itu sudah dipenuhi dengan masalah dan ketidaktaatan, tetapi ketika tidur mereka terlihat puas, aman, dan damai, dan saya diingatkan betapa saya mengasihi mereka.

Anak-anak saya tidak perlu melakukan apapun agar saya bisa senang karena mereka. Saya bahagia dengan hanya memandang mereka bernafas, karena saya begitu mengasihi mereka. Ketika dada kecil mereka naik turun, saya tersenyum, dan kadang-kadang air mata sukacita memenuhi mata saya. Ketika Anda terlelap, Allah menatap Anda dengan kasih, karena Anda merupakan ide-Nya. Dia mengasihi Anda seolah-olah Anda adalah satu-satunya orang di bumi.

Orang tua tidak mewajibkan anak-anak mereka sempurna, atau bahkan dewasa, untuk dapat menikmati rasa senang karena mereka. Orang tua merasa senang melihat anak-anak mereka dalam setiap tahap perkembangan. Demikian juga, Allah tidak menanti Anda mencapai kedewasaan untuk mulai menyukai Anda. Dia mengasihi dan senang melihat Anda pada setiap tahap perkembangan rohani Anda. Anda mungkin memiliki guru atau orang tua yang tidak bisa disenangkan ketika Anda sedang bertumbuh. Janganlah mengira Allah berperasaan seperti itu. Dia tahu bahwa Anda tidak mampu menjadi sempurna atau tanpa dosa. Alkitab berkata, “Sebab Dia sendiri tahu apa yang kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”

Apa yang Anda lihat adalah sikap hati Anda: Apakah menyenangkan Dia merupakan kerinduan terdalam Anda? Inilah yang menjadi tujuan hidup Paulus: “Karena itu kami berusaha sungguh-sungguh untuk menyenangkan hati-Nya, baik sewaktu kami masih berada di rumah kami di sini, atau disana.” Ketika Anda hidup dalam terang kekekalan, focus Anda berubah dari “Berapa banyak kesenangan yang saya dapatkan dari kehidupan saya?” menjadi “Berapa banyak kesenangan yang Allah dapat dari hidup saya?”

Allah sedang mencari orang-orang seperti Nuh dalam abad ke-21, yakni orang-orang yang bersedia untuk hidup untuk menyenangkan Allah. Alkitab berkata, “TUHAN memandang dari surga kepada segenap umat manusia untuk melihat, apakah ada yang bijaksana, yang ingin menyenangkan hati Allah.”

Maukah Anda menjadikan kesenangan Allah sebagai tujuan hidup Anda? Allah akan melakukan apapun juga untuk orang yang mempunyai tujuan hidup seperti ini.

Pertanyaan untuk dipikirkan :

Karena  Allah mengetahui apa yang terbaik, dalam bidang kehidupan yang manakah saya perlu mempercayai-Nya ?

( Ditulis kembali dari buku Purpose Driven Life hari ke 9 )

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Assalamu’alaikum, Sobat TARJIM, gimana kabar kalian? Baik semua, bukan? Semoga kalian selalu diberi tambahan ilmu oleh Allah. Nah, Wawasan Islam kali ini kakak akan share pada kalian tentang makhluk-Nya yang terbesar. Yaitu ‘Arsy. Mungkin sebagian kalian menyangka makhluk yang besar itu seperti gunung. Namun ternyata di sana terdapat makhluk yang jauh lebih besar dan hebat dibanding gunung yang kita lihat. Itulah ‘Arsy!! Tahukah kalian, apa itu ‘Arsy? Bagaimana besarnya? Yuk, kita ikuti bersama!

Apa yang dimaksud dengan ‘Arsy?

‘Arsy adalah makhluk Allah yang paling besar/agung. Ia adalah makhluk yang paling atas. Di atasnya Allah ﷻ bersemayam sesuai keagungan-Nya. ‘Arsy memiliki tiang-tiang yang dipikul oleh para Malaikat yang amat besar.

وَالْمَلَكُ عَلَىٰ أَرْجَائِهَا ۚ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ

Dan Malaikat-Malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan Malaikat memikul ‘Arsy Rabbmu di atas mereka. (QS. al-Haqqah: 17)

Ulama ahli tafsir menjelaskan, bahwa ‘Arsy itu benda nyata yang memiliki bentuk/ berfisik. Dan ialah makhluk Allah yang telah diciptakan sebelum penciptaan langit dan bumi.

‘Arsy adalah makhluk yang paling besar.

فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ

Dan Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang besar. (QS. at-Taubah: 129)

Besarnya ‘Arsy ini dapat kita gambarkan, bahwa ‘Arsy dipikul oleh 8 Malaikat sebagaimana ayat di atas. Sedangkan Nabi Muhammad menceritakan tentang besarnya Malaikat yang memikul ‘Arsy ini dengan mengatakan, “Aku diizinkan Allah untuk menceritakan tentang Malaikat-Malaikat pemikul ‘Arsy sesungguhnya jarak antara daun telinga Malaikat dengan pundaknya sepanjang/sejauh perjalanan 700 tahun. (HR. Abu Dawud, Shahih)

Lebih detail lagi Rasulullah menggambarkan besarnya ‘Arsy ini dalam sabdanya, “Tidaklah langit yang tujuh dan bumi yang tujuh dan apa yang ada di antara dan di dalamnya dibandingkan dengan Kursi Allah kecuali seperti lingkaran (gelang) yang dilempar ke tanah lapang. Sedang Kursi dengan apa yang ada di dalamnya dibandingkan dengan ‘Arsy seperti lingkaran (gelang) tersebut pada tanah lapang tersebut.” (Ash-Shahihah no. 109)

Allahu Akbar… !!Demikianlah ‘Arsy, singgasana Allah dan ciptaan-Nya yang paling besar. Ayat-ayat dan hadits-hadits tentang ‘Arsy ini harus kita imani sesuai dengan keterangan dari Allah dan Rasul-Nya, tanpa menolaknya, tanpa mengilustrasikan atau mengandai-andaikannya yang membuatnya keluar dari apa yang telah dijelaskan.

Untuk orang tua dan pendidik:

Bireuen-KemenagNews (13/11/2013). Jika  mendengar  kata “surga”, berbagai  gambaran kenikmatan dan keindahan pasti akan segera terlintas dalam benak kita. walaupun sesungguhnya, keindahan dan kenikmatan surga itu melebihi apa yang pernah didengar telinga, dilihat mata, dan dibayangkan benak manusia.

Tahukah kita, bahwa yang menjadi atap surga dan sekaligus meneranginya adalah ‘Arsy (singgasana Allah )? Selain itu, surga juga memiliki bangunan-bangunan yang dindingnya terbuat dari emas dan perak, semennya terbuat dari minyak kesturi, dan kerikilnya terbuat dari yaqut dan mutiara. Kemah-kemah surga pun tak kalah indahnya. Terbuat dari mutiara berlubang dengan diameter 60 mil, dan terletak di taman taman surga dengan sungai-sungai yang mengalirkan saripati madu murni, arak yang tidak memabukkan, dan susu murni.

Keindahan  surga  yang sangat luar  biasa itu pun masih ditambah lagi dengan  curahan  pelbagai  macam  nikmat  kepada  para  penghuninya. Di antaranya, mereka dapat menikmati buah-buahan surga yang dahannya rendah hingga mudah dipetik, buah  terkecilnya sebesar labu, dan rasanya menghimpun seluruh rasa buah didunia. Tiap kali buah-buahan surga dipetik, seketika itu juga diatas tangkai yang sama muncullah buah-buahan  yang baru yang berbeda bentuk, warna, dan citarasa, menggantikan buah-buahan yang dipetik  sebelumnya.

Mereka juga didampingi  oleh  istri-istri, yang terdiri dari istri mereka  saat di dunia dan 70 bidadari yang cantik dan bermata indah. Istri-istri ini tak membosankan dipandang, selalu setia, patuh dan siap melayani. Para penghuni surga juga istri-istri mereka ini tak kan pernah menua. “Tak ada nenek-nenek di surga”, demikian Sabda Rasulullah SAW. Semuanya hidup  abadi dalam usia 30 tahun, dengan segala kebubagaran, ketampanan, dan kecantikan yang tak kan pernah pupus. Masing-masing mengenakan pakaian dari sutera terindah yang tak kan pernah lusuh, dengan perhiasan mutu manikam yang tak ternilai. Mereka juga dikelilingi oleh paling sedikitnya 10.000 pelayan dengan tugas berbeda-beda yang selalu siap berkhidmat untuk mereka.

Puncak dari segala nikmat dan keindahan yang diterima para penghuni surga nanti adalah bertemu langsung dengan sang Khalid, Allah S.W.T. Mereka dapat melihat Zat Allah kapan saja mereka mau dengan hendak-Nya. Tiap kali usai menghadap Allah S.W.T, wajah dan penampilan mereka pun kian bertambah rupawan dan elok dipandang.

Masih banyak lagi gambaran keindahan dan nikmat surga, semuanya dilukiskan dengan sangat menawan berdasarkan pada keterangan Al-Quran dan Hadits Rasulullah S.A.W serta riwayat yang sahih, dalam uraian ini akan memantapkan iman kita kepada Allah S.W.T sekaligus mendorong jiwa kita untuk meningkatkan amal ibadah demi meraih ridha-Nya dan mendapat surga yang dijanjikan-Nya. Wassalam.

[kutipan dari Ibnul Qayyim  Al-Jauziyyah/Ilham Syahputra –  Staf Subbag TU Kankemenag Bireuen/y]

[foto: ilustrasi kitab ibnul qayyim, dan ilustrasi kenikmatan]

Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang terbuat dari nur atau cahaya. Disebutkan dalam Al-Qur'an, Allah SWT memerintahkan manusia untuk beriman kepada malaikat.

Perintah beriman kepada malaikat termaktub dalam surah An Nisa ayat 136. Allah SWT berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا ١٣٦

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya (Nabi Muhammad), Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Siapa yang kufur kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari Akhir sungguh dia telah tersesat sangat jauh."

Dalam surah Al Baqarah ayat 285 Allah SWT juga berfirman,

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ ٢٨٥

Artinya: "Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) "Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya." Mereka juga berkata, "Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali."

Melarikan Diri saat Perang

Mereka yang lari dari medan perang akan Allah jerumuskan ke neraka jahanam. Lari dari medan perang yang dimaksud adalah ketika umat muslim diserang musuh dan harus mempertahankan diri, tapi beberapa orang justru kabur. Tindakan itu akan melemahkan kaum muslim dan membuat musuh semakin kuat.